Anak Lamban Akibat Gangguan Perkembangan Koordinasi (GPK)

Adi, anak laki-laki umur 9 tahun, sehat, namun terkesan gerakannya lamban dan tidak dapat bersepeda bersama teman-temannya. Ia telah mencoba bermain dalam kelompok olahraga, tapi selalu gagal hingga akhirnya memilih menarik diri. Adi masih dibantu ibunya dalam berpakaian. Sekilas Adi tampak lamban dalam melakukan berbagai kegiatan sehari-hari.

Pada pertemuan antara guru dengan orangtua, gurunya juga menjelaskan kalau Adi sebenarnya anak cerdas tapi tulisannya kurang rapi, tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dan berakibat nilai sekolahnya rendah. 

Baca juga: MENGENAL KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN UMUM PADA ANAK

Cerita tersebut adalah gambaran ‘anak lamban’ yang tidak jarang ditemukan. Istilah anak lamban di sini sebenarnya adalah  terjemahan bebas dari “clumsy child”. Dalam terminologi terbaru, ini disebut Gangguan Perkembangan  Koordinasi (GPK), sebagai  terjemahan dari Developmental Coordination Disorder yang artinya gangguan keterampilan motor (alat gerak) yang berpengaruh terhadap kemampuan untuk melakukan tugas umum sehari-hari. Gangguan ini bukan karena kelainan visus, mental retardasi atau palsi serebral tetapi karena ketidakmampuan melakukan koordinasi antara beberapa fungsi sensoris, gerak kasar dan halus.

Anak yang mengalami GPK ini perlu mendapat perhatian orangtua dan guru sekolah dasar mengingat dampaknya terhadap tumbuh kembang anak. Gangguan pertumbuhan yang dimaksud di sini yaitu anak menjadi gemuk/obesitas karena menarik diri dari aktivitas fisik.

Gangguan perkembangan dapat berupa prestasi belajar/akademik yang rendah, sering gagal dalam ujian karena tulisan yang jelek dan lamban. Di dalam keluarga, kemandirian anak kurang, sering dibantu oleh anggota keluarga lain, cenderung  terjadi kecelakaan seperti menjatuhkan barang.

Gangguan perkembangan lainnya  berupa :

  • Di lingkungan sosial, aktivitas fisik bersama teman bermain berkurang dan penolakan oleh teman kelompok bermainnya, anak lebih senang bermain dengan anak yang lebih kecil umurnya
  • Emosi dan perilaku, cepat marah bila anak mengalami kesulitan dengan tugas sehari-hari
  • Kepercayaan diri rendah atau tidak ada, karena sering disebut sebagai anak lamban atau ceroboh

Baca juga: TIPS MELATIH ANAK BERDIRI DAN BERJALAN

Mengingat dampak GPK ini terhadap tumbuh kembang anak, maka orangtua perlu mengenal gejala dan cara membantu anak.

Gejala anak lamban/GPK pada usia pra-sekolah :

  • Terlambat dalam  perkembangan motor kasar dan halus
  • Sering menabrak benda, mudah jatuh, makan cenderung berantakan dan lebih memilih menggunakan tangan, kesulitan dalam menggenggam pensil atau menggunakan gunting

Gejala anak lamban pada usia sekolah :

Aspek fisik :

  • Mudah terjatuh bila berjalan atau lari, tidak dapat memperkirakan jarak secara akurat
  • Kesulitan beraktivitas fisik bersama teman seperti bermain sepak bola
  • Komentar guru olahraga: lamban dan kesulitan mempelajari aktivitas fisik yang baru 

Aspek belajar:

  • Sering mengubah postur tubuh selama menulis untuk menyesuaikan posisi buku, lambat dalam menyalin/menulis, tulisan tangan jelek karena kesulitan dalam memanipulasi pulpen
  • Tidak dapat memotong, melipat ketika melakukan kerajinan tangan

Aspek perawatan diri

  • Sulit mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, sehingga tampak lusuh
  • Mudah menjatuhkan benda atau menumpahkan minuman
  • Penelitian menunjukkan GPK ini tidak akan menghilang dengan usia. Namun, anak akan menunjukkan perbaikan yang jelas setelah pelatihan

Tips untuk orangtua

  1. Konsultasikan anak ke klinik tumbuh kembang bila ada kecurigaan GPK seperti: terlambat mencapai tonggak perkembangan motor (jalan, merangkak, duduk), menabrak benda, “clumsiness”, lamban, prestasi buruk dalam olahraga, tulisan tangan yang jelek. Dalam hal ini penting deteksi dini agar dapat diberikan pelatihan yang tepat sedini mungkin untuk meminimalkan gejala , di samping untuk meningkatkan kepercayaan diri.
  1. Bila terbukti anak mengalami GPK, orangtua berperan penting dalam membantu anak baik di rumah maupun di sekolah.

Hal yang dapat dikerjakan orangtua :

  • Dorong anak untuk berpartisipasi dalam olahraga yang disukainya.
  • Perkenalkan kegiatan individu dahulu (misal: berenang), kemudian berkelompok.
  • Dorong anak berinteraksi dengan temannya melalui kegiatan lain (misalnya musik, seni).
  • Pilihkan pakaian yang mudah dipakai atau dilepas.
  • Dorong anak melakukan kegiatan praktis sehari-hari terutama yang banyak menggunakan koordinasi tangan dan kaki, dan tonjolkan kelebihan anak.
  • Bekerja sama dengan guru, bahas kesulitan anak dan cara mengatasinya.

Guru mungkin perlu melakukan hal berikut:

  • Pastikan posisi anak sudah sesuai dengan meja kerjanya. Kaki anak harus menginjak lantai, lengan harus ditopang di atas meja dengan nyaman.
  • Menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis untuk anak.
  • Menyediakan waktu ekstra bagi anak untuk menyelesaikan tugas akademik.
  • Memperkenalkan komputer untuk mengurangi jumlah tulisan tangan.
  • Fokus pada tujuan dari pelajaran yang diberikan.
  • Metode presentasi lain agar anak dapat menunjukkan pemahaman subjek, misalnya, menggunakan gambar untuk menggambarkan ide mereka

Dalam edukasi fisik :

  • Buat partisipasi, bukan kompetisi, karena partisipasi adalah tujuan utama
  • Hargai usaha anak, bukan keterampilan. Beri dorongan umpan balik positif
  • Gabungkan kegiatan yang memerlukan respon koordinasi lengan dan kaki
  • Biarkan anak mengambil peran kepemimpinan
  • Modifikasi peralatan untuk mengurangi risiko cedera.

Baca juga: Aktivitas Fisik pada Anak

Apa penyebab GPK?

Penyebabnya belum pasti. Banyak teori /hipotesis tentang penyebab GPK. Salah satunya adalah adanya ketidakmampuan anak untuk mengintegrasikan informasi sensorik yang masuk ke otak untuk menghasilkan gerakan yang terampil.

Berapa banyak anak yang mengalami GPK?

Diperkirakan sekitar 5 - 15% pada populasi sekolah dasar dan paling sedikit  5 - 6% dari semua anak. Perbandingan rasio laki-laki : perempuan =  2 : 1.

Apakah anak GPK  juga mempunyai gangguan perkembangan lain?

Penelitian menunjukkan hampir 50% anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) mengalami GPK, demikian pula kesulitan belajar dan gangguan bahasa spesifik juga dapat disertai GPK. 

Daftar Pustaka

  • Zwicker JG, Missiuna C, Harris SR, Boyd LA. Developmental coordination disorder : A review and update. European Journal of Paediatric Neurology 2012; 16 : 573-581.
  • Missiuna C. Does your child have DCD ?.Today’s kids in motion. 2003: 22-24. Diakses pada : 8 oktober 2015. Diunduh dari : http:// dcd.canchild.ca/
  • Missiuna C, Rivard L, Pollock N. Children with Develeopmental Coordination Disorder : at home, at school, and in the community. 2011 : 5 – 8. Diakses pada : 8 oktober 2015. Diunduh dari : http://www.canchild.ca
  • Missiuna C, Gaines R, Soucie H, McLean J. Parental questions about developmental coordination disorder: A synopsis of current evidence. Paediatr Child Health 2006; 11(8) : 507- 512.
  • What is DCD. Diakses pada : 23 september 2015. Diunduh dari : http://www.mscdevelopmentaldisorders.org

Penulis : Dr. Jenni K. Dahliana, Sp.A

Reviewer : DR. Dr, Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si

Ikatan Dokter Anak Indonesia

 

Artikel lainnya:

KEMAMPUAN MOTOR BAYI TERKAIT DENGAN KETERAMPILAN KEMAMPUAN MAKAN

GARUK, CUBIT, JIMPIT!

MENJELAJAH SEBELUM BERJALAN

 

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.