Seputar Pekan Imunisasi Dunia 2018

Capai Imunisasi Lengkap: Bersama Melindungi dan Terlindungi

Imunisasi menyelamatkan jutaan nyawa dan secara luas diakui sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling berhasil dan efektif (hemat biaya) di dunia. Namun, masih ada lebih dari 19 juta anak di dunia yang tidak divaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap, yang membuat mereka sangat berisiko untuk menderita penyakit-penyakit yang berpotensi mematikan. Dari anak-anak ini, 1 dari 10 anak tidak pernah menerima vaksinasi apapun, dan umumnya tidak terdeteksi oleh sistem kesehatan. Memperluas akses imunisasi adalah hal yang sangat penting dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDG). Vaksinasi tidak hanya mencegah penderitaan dan kematian yang terkait dengan penyakit menular seperti tuberkulosis, diare, campak, pneumonia (infeksi paru-paru), polio dan batuk rejan, vaksinasi juga membantu mendukung prioritas nasional seperti pendidikan dan pembangunan ekonomi.

Nilai vaksin yang unik, merupakan pendorong dikukuhkannya Global Vaccine Action Plan (GVAP) 2020, yang disahkan oleh 194 anggota negara pada World Health Assembly ke-60 tanggal 12 Mei 2012, suatu kerangka kerja untuk mencegah jutaan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin pada tahun 2020 melalui akses universal untuk imunisasi. Tujuan GVAP adalah mengukuhkan imunisasi rutin, mempercepat kontrol penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin (pemberantasan polio sebagai tahapan pertama), memperkenalkan vaksin baru, dan memacu penelitian dan pengembangan teknologi vaksin. Meskipun terdapat perbaikan dimasing-masing negara, semua target GVAP untuk eliminasi penyakit (termasuk campak, rubella, serta tetanus neonatus dan maternal) masih terlambat dari yang dijadwalkan.

Pekan imunisasi dunia, diperingati pada minggu terakhir bulan April yang tahun ini jatuh pada tanggal 24-30 April 2018, memfokuskan tindakan kolektif yang diperlukan dalam menjamin setiap orang terlindungi dari penyakit yang bisa dicegah oleh vaksin. Ikatan Dokter Anak, sebagai organisasi profesi yang mengabdikan dirinya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia, mengusung tema “Capai Imunisasi Lengkap: Bersama Melindungi dan Terlindungi”. Tema pada tahun ini mengajak semua orang, baik pemerintah sebagai pengambil kebijakan, mitra (misalnya interdepartemen dalam pemerintah, organisasi profesi, Lembaga Sosial Masyarakat, organisasi lain yang peduli pada imunisasi, masyarakat umum, mitra swasta, serta media, agar menambah upaya dalam meningkatkan cakupan imunisasi.

Fakta utama mengenai imunisasi

  • Imunisasi mencegah penyakit, kecacatan, dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, termasuk tuberkulosis, hepatitis B, difteri, pertusis (whooping cough, batuk rejan), tetanus, polio, campak, pneumonia, gondongan, diare akibat rotavirus, rubella, dan kanker serviks.
  • Imunisasi sekarang ini diperkirakan mencegah 2 hingga 3 juta kematian setiap tahunnya. Tambahan 1,5 juta kematian dapat dicegah apabila cakupan imunisasi global meningkat.
  • Selama 2016, diperkirakan 116,5 juta (sekitar 86%) anak-anak di bawah usia 1 tahun di seluruh dunia menerima 3 dosis vaksin difteri-tetanus-pertusis (DTP3). Anak-anak ini terlindungi dari penyakit menular yang dapat menyebabkan penyakit serius atau kecacatan dan berakibat fatal.
  • Sekitar 19,5 juta bayi di dunia masih melewatkan imunisasi dasar. Sekitar 60% anak-anak ini tinggal di 10 negara: Angola, Brazil, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Indan, Indonesia, Iraq, Nigeria, Pakistan dan Afrika Selatan.
  • Cakupan imunisasi global telah stagnan di 86%, tanpa adanya perubahan signifikan selama beberapa tahun terakhir.
  • Terdapat peningkatan pengunaan vaksin baru dan vaksin yang kurang dimanfaatkan.

Cakupan Imunisasi Global 2016

Ringkasan cakupan imunisasi global 2016 sebagai berikut:

  • Haemophilus influenzae tipe B (Hib) dapat menyebabkan meningitis dan pneumonia. Vaksin Hib telah diperkenalkan di 191 negara sampai akhir tahun 2016. Cakupan global 3 dosis vaksin Hib diperkirakan mencapai 70%. Terdapat variasi cakupan yang jauh antar daerah. Pada negara anggota WHO regio Amerika, cakupan diperkirakan mencapai 90%, sedangkan pada regio Pasifik Barat hanya mencapai 28%. Sedangkan WHO regio Asia Tenggara telah berhasil meningkatkan angka cakupan dari 56% pada tahun 2015 menjadi 80% pada tahun 2016.
  • Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati. Vaksin hepatitis B untuk bayi telah diperkenalkan di seluruh dunia secara luas di 186 negara pada akhir tahun 2016. Cakupan global 3 dosis vaksin hepatitis B diperkirakan mencapai 84% hingga 92% di regio Pasifik Barat.
  • Human papillomavirus adalah infeksi virus yang paling sering menyerang traktus reproduksi dan dapat menyebabkan kanker serviks, atau kanker lainnya, dan kutil kelamin pada laki-laki maupun perempuan. Vaksin HPV diperkenalkan di 74 negara pada akhir 2016.
  • Campak merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus campak, umumnya menyebabkan demam tinggi dan ruam, serta dapat berujung pada kebutaan, ensefalitis, dan kematian. Pada akhir tahun 2016, sekitar 85% anak telah menerima satu dosis vaksin di usia dua tahun, dan 164 negara telah memasukkan dosis kedua sebagai imunisasi rutin yang wajib, dengan cakupan sekitar 64% anak telah menerima dua dosis campak berdasarkan jadwal imunisasi nasional.
  • Mumps/Gondongan merupakan virus sangat menular yang menyebabkan pembengkakan disertai nyeri di sisi wajah dibawah telinga (kelenjar parotis), demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Mumps dapat menyebabkan meningitis viral. Vaksin mumps sudah diperkenalkan secara luas di 121 negara pada akhir tahun 2016.
  • Penyakit Pneumokokkus termasuk pneumonia, meningitis, bakteremia, juga otitis media, sinusitis, dan bronkitis. Vaksin pneumokokkus telah diperkenalkan di 134 negara pada akhir 2016, dengan cakupan global diperkirakan sebesar 42%.
  • Polio merupakan infeksi virus yang sangat menular dan dapat menyebabkan kelumpuhan (paralisis) permanen. Pada tahun 2016, 85% bayi diseluruh dunia mendapatkan 3 dosis vaksin polio. Dunia telah mendekati target pemberantasan polio. Pada tahun 2016, lebih sedikit anak-anak yang lumpuh akibat polio daripada tahun-tahun sebelumnya, dengan penyebaran virus saat ini hanya terbatas pada beberapa wilayah di Pakistan, Afganistan dan Nigeria. Dua dari tiga strain polio liar tampaknya telah hilang. India dan seluruh wilayah WHO di Asia Tenggara telah dinyatakan bebas polio, serta wabah yang terjadi pada kurun waktu 2013-2014 di Timur Tengah dan Tanduk Afrika (Horn of Africa) sudah berhenti.
  • Rotavirus adalah penyebab paling umum penyakit diare berat pada anak-anak di seluruh dunia. Vaksin rotavirus diperkenalkan pada 90 negara sampai akhir tahun 2016, dengan cakupan global diperkirakan mencapai 25%.
  • Rubella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan biasanya berdampak ringan pada anak, namun infeksi yang mengenai wanita hamil pada trimester awal kehamilan dapat menyebabkan kematian bayi atau sindrom rubella kongenital, yang dapat menyebabkan cacat otak, jantung, mata, dan telinga. Vaksin rubella diperkenalkan secara luas di 152 negara pada akhir tahun 2016, dengan cakupan global mencapai 47%.
  • Tetanus disebabkan oleh bakteri yang tumbuh tanpa adanya oksigen, contohnya pada luka kotor atau pada tali pusat apabila tidak dijaga kebersihannya. Spora kuman tetani ada di lingkungan terlepas dimanapun lokasi geografisnya. Bakteri ini menghasilkan racun yang dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian. Vaksin yang dapat mencegah tetanus pada ibu dan bayi telah diperkenalkan di 106 negara sampai akhir tahun 2016. Diperkirakan sebanyak 84% bayi baru lahir terproteksi melalui imunisasi. Tetanus pada ibu dan bayi tetap ada sebagai masalah kesehatan masyarakat di 18 negara, terutama di Afrika dan Asia.

 

Cakupan Imunisasi Indonesia

  • Cakupan imunisasi dasar lengkap

Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, cakupan imunisasi dasar bagi bayi usia 0-11 bulan pada tahun 2017 mencapai 92,04% (dengan target nasional 92%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa program imunisasi telah mencapai target, namun dengan catatan terjadi penambahan kantong dengan cakupan dibawah 80% dan cakupan antara 80-91,5%.

 

  • Cakupan imunisasi lanjutan

Angka cakupan nasional imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib pada tahun 2017 mencapai 63,4% (target 45%) dan campak 62,7%.

 

Pada kurun waktu tahun 2014-2016, terdapat 1.716.659 anak yang belum mendapat imunisasi dan imunisasinya tidak lengkap. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, beberapa alasan yang menyebabkan bayi tidak mendapat imunisasi diantaranya; takut panas, keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, sibuk, sering sakit, tidak tahu tempat imunisasi. Oleh sebab itu, pemberian imunisasi universal bagi seluruh anak tanpa kecuali masih merupakan tantangan bagi seluruh pihak yang terlibat dalam upaya promosi kesehatan; baik pemerintah, organisasi profesi, LSM, mitra swasta, masyarakat, dan lainnya.

 

Sumber:

  1. World Health Organization. 10 facts on immunization. Diakses dari http://www.who.int/features/factfiles/immunization/en/ pada tanggal 10 April 2018.
  2. World Health Organization. Immunization coverage: Fact sheet. Diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs378/en/ pada tanggal 10 April 2018.
  3. World Health Organization. World Immunization Week essentials. Diakses dari : http://www.who.int/campaigns/immunization-week/2018/campaign-essentials/en/ pada tanggal 10 April 2018.
  4. Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. Capaian indikator program imunisasi tahun 2015-2017.

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.