Persepsi yang Salah Tentang Imunisasi (Bagian 2)

Screen-Shot-2014-04-22-at-11.36.40-AM-467x305

Mayoritas Anak yang Sakit Telah Divaksinasi

Pendapat yang salah ini sering dijumpai dalam rumor maupun dalam literatur kelompok anti vaksin. Memang dalam suatu kejadian luar biasa (KLB) jumlah anak yang sakit dan pernah diimunisasi mungkin lebih banyak dibandingkan jumlah anak sakit dan belum diimunisasi. Ketimpangan ini dapat diterangkan dengan faktor pertama yaitu tidak ada vaksin yang efektif 100%. Efektivitas sebagian besar vaksin pada anak adalah sebesar 85%-95%, tergantung respons individu. Faktor kedua adalah proporsi anak yang diimunisasi lebih banyak dibanding proporsi anak yang belum diimunisasi di negara yang telah menjalankan program imunisasi. Bagaimana kedua faktor tersebut berinteraksi diilustrasikan dalam contoh hipotetis berikut ini.

Suatu sekolah mempunyai 1000 murid. Semua murid pernah diimunisasi campak 2 kali, kecuali 25 yang tidak pernah sama sekali. Ketika semua murid terpapar campak, 25 murid yang belum diimunisasi, semuanya menderita campak. Dari kelompok yang telah diimunisasi campak 2 kali, sakit 50 orang. Jumlah seluruh yang sakit 75 orang dan yang tidak sakit 925 orang. Kelompok anti imunisasi akan mengatakan bahwa persentase murid yang sakit adalah 67% (50/75) dari kelompok yang pernah imunisasi dan 33% (25/75) dari kelompok yang tidak pernah imunisasi. Padahal bila dihitung efek proteksi, maka imunisasi memberikan proteksi sebesar (975-25)/975 = 94,8%. Yang tidak diimunisasi, efek proteksi sebesar 0/25 = 0%. Dengan kata lain, 100% murid yang tidak mendapat imunisasi akan sakit campak; dibanding 94,8% murid yang mendapat imunisasi campak 2 kali akan terlindungi dari penyakit campak. Dengan demikian jelas bahwa imunisasi berguna untuk melindungi anak.

 

Vaksin Menimbulkan Efek Samping yang Berbahaya, Kesakitan dan Bahkan Kematian.

Vaksin merupakan produk yang sangat aman. Hampir semua efek simpang vaksin bersifat ringan dan sementara seperti nyeri pada bekas suntikan atau demam ringan. KIPI secara definitive mencakup semua kejadian sakit pasca imunisasi. Prevalensi dan jenis sakit yang tercantum dalam KIPI dengan sendirinya hampir sama dengan prevalensi dan jenis sakit dalam keadaan sehari-hari tanpa adanya program imunisasi. Hanya sebagian kecil yang memang berkaitan dengan vaksin atau imunisasinya, sebagian besar bersifat ko-insidens. Kematian yang disebabkan oleh vaksin sangat sedikit. Sebagai ilustrasi semua kematian yang dilaporkan di Amerika sebagai KIPI pada tahun 1990-1992, hanya satu yang mungkin berhubungan dengan vaksin. Institute of Medicine tahun 1994 menyatakan bahwa risiko kematian akibat vaksin adalah amat rendah (extra-ordinarily low).

Besarnya risiko harus dibandingkan dengan besarnya man­faat vaksin. Bila satu efek simpang berat terjadi dalam sejuta dosis vaksin namun tidak ada manfaat vaksin, maka vaksin tersebut tidak berguna. Manfaat imunisasi akan lebih jelas bila risiko penyakit dibandingkan dengan risiko vaksin seperti yang terlihat pada Tabel 11.1.

Screen Shot 2014-04-22 at 11.36.29 AM

Penulis:

Hartono Gunardi (Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia)

(Bersambung..)

klik di sini untuk melihat bagian 1

klik di sini untuk melihat bagian 3 (akhir)

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.